Seni Melayani
Tamu adalah raja, adalah sebuah kalimat penting dalam sebuah bisnis rumah makan. Sebuah rumah makan tidak hanya menjual makananan atau minuman tapi juga menjual jasa pelayanan, karena kita harus melayani tamu.
Nah saking pentingnya sehingga kalimat ini tidak pernah lupa saya ulang dalam setiap kesempatan briefing, atau pertemuan dengan pegawai-pegawai rumah makan saya. Simpelnya saya selalu bilang Raja (hmmm bukan presiden loh yah) itu ga pernah salah, hehehehe.... Tapi biasanya kan raja itu satu.... Nah kl di rumah makan yang lagi rame tamunya, itu berarti rajanya banyak yah hehehe. Lumayan sulit yah menangani berpuluh-puluh raja bahkan ratusan raja dalam waktu yang bersamaan... Hmmmm emang tampak mustahil, tapi belum tentu ga bisa loh, pasti ada caranya.
Selama saya mengurus RM Legoh, saya bertemu dan menghadapi berbagai macam jenis tamu. Ada tamu yang aktif bertanya, ada yang pasif, ikut aja ama yang kita tawarkan, ada tamu yang galak, ada tamu yang bersahabat, ada tamu yang pengen tau semuanya secara detail, ada tamu yang suka ngetes, hehehe macem-macem deh dan lucu-lucu. Yah kepada pegawai, saya selalu bilang biar kamu bisa merasakannya maka berlakulah jadi seorang tamu (raja), bagaimana perasaan kamu kalo makanan yang sudah dipesan datengnya terlambat, atau pas masuk ke area restoran ga ada yang menyambut, atau kalo kita dilayani dengan baik oleh sang waiter. Di saat kita bisa merasakan itu, kita bakal lebih menerima semua alasan berbagai kelakuan tamu. Oh iyayah ga enak ternyata menunggu pesanan yang kelamaan dateng disaat kita sedang diburu waktu, ga enak ternyata kalo waiter yang ngelayanin kita itu jutek dan ga pernah senyum, atau nyaman sekali kalo dateng ke sini karena begitu menginjakan kaki di restoran ini kita langsung disambut, dicariin tempat duduk, dilayani dengan ramah.
Hmmmm jadi bagaimana cara terbaiknya yah? Setelah bertahun-tahun saya menggeluti bidang ini akhirnya saya sampai pada jawaban yaitu Seni Melayani. Apa itu? Pasti kamu bertanya tanya, hmmmm sebenernya mirip-mirip lah kayak seni musik, atau seni beladiri atau seni bercinta.... Hehehe... Jadi tidak sekedar gonjrang gonjreng memainkan alat musik doang atau gebak gubek beladiri doang, atau sekedar melakukan sex, tapi ada selalu sisi yang bisa membuat sesuatu hal jadi nyeni, alias memperindah.
Kerja waiter tidak hanya mengambil orderan atau mengantarkan makanan. Kalo hanya mengambil orderan dan mengantarkan makanan saya rasa orang biasa juga bisa. Tapi bagaimana memperindahnya dengan cara berinteraksi dengan tamu, bagaimana membuat tamu menjadi lebih nyaman, bagaimana membuat tamu mau balik lagi, bagaimana membuat tamu senang, tertawa, bagaimana membuat tamu bagaikan raja.... Disitulah letak seni melayani.
Selain itu seni juga erat kaitannya dengan perasaan, penjiwaan.... Jadi untuk bisa menjadi waiter pun dibutuhkan punya jiwa melayani. Hal ini tidak dipunyai oleh semua orang, seperti juga tidak semua orang bisa bermain musik, atau tidak semua orang bisa memperbaiki mobil. Orang tersebut harus musti mempunyai kecintaan akan sesuatu yang dikerjakan. Seorang waiter harus senang atau mencintai pekerjaan melayani orang lain. Kecintaan akan sesuatu itu membuat kita lebih menjiwai pada saat melakukan pekerjaan.
Kalo kita sudah menjiwai sebuah pekerjaan maka semuanya akan mengalir dengan sendirinya, apapun keadaannya ..... Sama seperti memasak atau kala bermain drum, saat kita sudah menjiwainya, di saat ada masalah atau saat kita salah melakukan sesuatu kita dapat dengan cepat mengatasinya... Karena semuanya bisa keluar dengan sendirinya.
Perpaduan menjiwai dan membuat sesuatu jadi indah, itulah yang akhirnya melahirkan Seni Melayani.... Dan saya sudah melihat banyak orang yang menguasai Seni Melayani ini. Angkat topi buat orang-orang tersebut, semoga suatu waktu kelak saya bisa......
Comments
Post a Comment